Studi Banding Internal REESA “Expression”
Pada tanggal 6,7 dan 12 Maret 2012, REESA mengadakan studi banding internal ke beberapa himpro yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Acara studi banding yang diberi nama Expression 2012
Sabtu, 26 November 2011
Klinik tanaman IPB layani diagnosa penyakit
Kamis, 10 November 2011
Sabtu, 5 November yang lalu telah dilaksanakan Seminar 3rd Greenbase yang berlangsung di Auditorium Toyib Hadiwijaya. Acara ini dimulai pada pukul 08.00 – 13.00 dan dihadiri kurang lebih 200 peserta. Seminar 3rd Greenbase kali ini bertemakan “Green Economy, Green Environment and Economic Growth” dan dibagi menjadi 2 sesi. Seminar 3rd Greenbase ini dibuka dengan penampilan bermain kecapi oleh Genyas Katalinga yaitu mahasiswi ESL 46. Pada sesi pertama (Green economy) menghadirkan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Si (Guru besar FEM IPB), Bapak Faroby, Kak Faisal (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan dimoderatori oleh Gustav Aulia (Presenter RCTI), pada sesi pertama ini para peserta begitu antusias untuk mengetahui apa Green Economy, maksud dari Green Economy, dampak positif dari Green Economy yang dijelaskan oleh Bapak Akhmad Fauzi, walau beliau hanya menjelaskan selama 20 menit namun begitu banyak pertanyaan yang muncul dari para peserta.
Pada sesi 2 (Green Industry) menghadirkan pembicara M. Fattah Wiyatna, beliau ialah penemu Biomethagreen dan dimoderatori oleh Ka Ellen Paulina Hutagaol yaitu Mapres dari Departemen ESL. Seminar 3rd Greenbase ini juga menghadirkan penampilan akustik Band The Mosquitoez yang membawakan 4 lagu. Selain seminar dan penampilan dari The Mosquitoez terdapat pula 7 buah doorprize. Acara ini ditutup dengan pengumuman pemenang fotografi. Seminar 3rd Greenbase ini mendapat sambutan positif dari para mahasiswa FEM, D3 IPB, dan mahasiswa pascasarjana dilihat dari antusiasme mereka untuk menghadiri seminar 3rd Greenbase ini.
Rabu, 26 Oktober 2011
Econic, Peduli Lingkungan lewat Fashion
Econic merupakan sebuah ajang yang digagas Yayasan Enviloka untuk mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan lewat pemakaian busana. Acara ini dilaksanakan tanggal 22-23 Oktober kemarin di Pacific Place, Jakarta.
"Sebagai anak muda, kami ingin berkontribusi terhadap lingkungan dan fesyen menjadi basisnya," tutur Futri Zulya selaku Ketua Yayasan Envilolka saat konferensi pers "Econic". GAYA hidup hijau bisa dituangkan lewat berbagai cara. Selain aktivitas yang bersifat teknis, mengusung ramah lingkungan lewat busana menjadi salah satu caranya.
ECONIC :
Environment Sustainability (Keberlangsungan Lingkungan Hidup) : Upaya proses perlindungan biosfer dan keanekaragaman hayati sekaligus memajukan pembangunan sosial-ekonomi manusia.
COmmunity-Creative (Komunitas Kreatif) : Mengkampanyekan gagasan fesyen ramah lingkungan dalam gaya masa kini melalui penciptaan suatu komunitas masyarakat yang kreatif dan menjadi contoh untuk masyarakat sekitar.
Natural Product (Produk-Produk Alami) : Aplikasi penggunaan produk-produk berbahan dasar alami dan ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Inspire (Menjadi Inspirasi) : Gaya hidup tetap menjadi salah satu faktor penting yang membentuk perilaku manusia. Melalui acara ECONIC, diharapkan masyarakat sekitar dapat terinspirasi oleh tren fesyen ramah lingkungan yang turut menyelamatkan bumi dan lingkungan hidup.
Charity (Kegiatan Amal ) : Melakukan kegiatan positif dan mencegah perilaku manusia yang ceroboh dengan mendidik, memberi contoh dan menjadi panutan melalui program-program amal.
Sumber : ECONIC
Rabu, 05 Oktober 2011
Buletin REESA Edisi Bulan September
Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan IPB
Indonesia merupakan daerah yang rentan terdahap perubahan iklim dan juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi GRK. Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim yang diwakili oleh Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfir dalam sambutan Simosium Penelitian Perubahan Iklim pada tanggal 3 Oktober 2011 di IPB International Convention Center, Bogor. Disampaikan juga bahwa sudah banyak peneliti Indonesia baik dari kalangan pemerintah, akademisi maupun organisasi non-pemerintah melakukan kajian ilmiah terkait kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Namun demikian masih belum termanfaatkan secara optimal dan belum mengakomodasi dengan baik berbagai persoalan mendasar dan mendesak yang dibutuhkan untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim ini.
Simposium hasil kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Institut Pertanian Bogor ini dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) - IPB dalam sambutannya disampaikan bahwa perumusan solusi pemasalahan perubahan iklim yang komplek dari hulu ke hilir, baik untuk kegiatan mitigai maupun adaptasi merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan kerjasama multidisiplin antar peneliti serta harus melibatkan peran pemerintah dan para stakeholder.
Disamping dalam rangka mengkristalkan bentuk forum ilmiah yakni IPCC_indonesia, agenda Simposium ini juga mempresentasikan kegiatan riset dan kajian ilmiah serta beberapa seleksi hasil penelitian IPB terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim selama lima tahun terakhir.
Dalam Sesi I terkait dengan kegiatan riset dan kajian ilmiah disajikan beberapa paparan antara lain :
1. Kegiatan riset IPB untuk mendukung pembangunan sistem pertanian yang tahan terhadap pemanasan global dan perubahan iklim (Dr. Rini Hidayati);
2. Aspek sosial dan kelembagaan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mitigasi dan adaptasi di daerah (Dr. Lala Kolopaking);
3. Kajian ilmiah perubahan iklim dan hubungan dengan kejadian iklim ekstrim di Indonesia (Dr. Akhmad Faqih).
Sedangkan pada Sesi Penelitian terkait Adaptasi Perubahan iklim dipresentasikan : (1) Teknologi Pengelolaan Air Hujan di Perkebunan Kelapa Sawit sebagai upaya adaptasi perubahan iklim (Prof Dr. Handoko); (2) Pengelolaan Dampak perubahan iklim global terhadap perikanan (Dr. Sulistyono dkk); (3) Strategi Pengendalian hama dan penyakit tanaman akibat perubahan iklim (Dr. Suryo Wiyono) dan (4). Pengembangan sekolah lapang iklim dalam mendukung petani menghadapi masalah pemanasan global dan perubahan iklim (Prof. Rizaldi Boer).
Sesi terakhir disampaikan hasil pelitian terkait dengan Mitigasi Perubahan iklim yakni : (1) Dampak Ekonomi makro pelaksanaan kegiatan mitigasi perubahan iklim pada lahan gambut (Dr. Lukytawati Anggraeni); (2). Peran lautan Indonesia sebagai rosot GRK? (Dr. Aryo Damar); (3). Teknologi peningkatan produktivitas ternak ruminansia yang rendah emisi (Dr. Suryahadi, Dr. Idat G Permana); dan (4) Teknologi Pengelolaan Tata Air di Lahan Gambut untuk menekan emisi GRK (Prof. Dr. Budi Indra).
Diskusi ditutup dengan pemantapan model IPCC Indonesia yang terdiri dari (i) Komite Pengarah, (ii) Kelompok Kerja, dan (iii) Sekretariat. Kelompok Kerja tidak bersifat mutlak dan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan, dimana dalam Kelompok Kerja ini terdiri dari para pakar dan praktisi yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian, perhimpunan profesi, ikatan tenaga ahli, asosiasi pengusaha, asosiasi pemerintah daerah dan organisasi non-pemerintah. Luaran yang diharapkan dari Kelompok Kerja ini adalah (i) Laporan Sintesis (Synthesis Report), (ii) Laporan Khusus (Special Report) dan (iii) Laporan Teknis yang merupakan tambahan terhadap laporan sistesis atau khusus. Laporan Sintesis merupakan luaran kunci dari forum ini yang akan bermanfaat khususnya bagi pembuat kebijakan. Laporan Khusus berisikan hasil analisis dan kajian yang mendalam terhadap masalah tertentu terkait dengan inventarisasi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Agenda selanjutnya akan diadakan Simposium serupa bekerjasama dengan Universitas Mulawarman yang direncanakan pada tanggal 18 Oktober 2011 di Samarinda dan sebagai puncak acara rangkaian agenda di tahun 2011 ini, akan dilaksanakan agenda National Summit Meeting on Climate Change yang direncanakan di Bali pada tanggal 25 Oktober 2011. Diharapkan pada acara Summit Meeting ini dapat diperoleh kesepakatan penyusunan Workplan 2012 – 2015 sesuai dengan perkembangan isu strategis perubahan iklim.
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup
Senin, 26 September 2011
3rd Greenbase
Selasa, 20 September 2011
TUNZA 2011: Forum Anak & Pemuda Ramah Lingkungan
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama United Nations Environmental Programme (UNEP) menyelenggrakan TUNZA International Children and Youth Conference On the Environment 2011 pada tanggal 27 September – 1 Oktober 2011 di Bandung. Konferensi TUNZA merupakan Konferensi International yang diikuti oleh anak- anak (10-14 tahun) dan pemuda (15-25 tahun) dari seluruh negara dan diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Tujuan konferensi ini adalah untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran generasi muda dunia akan pentingnya Green Economy/Green Lifestyles, Forests, Sustainable Consumption and State of the Global Environment. Diharapkan akan tumbuh rasa kepedulian yang tinggi untuk lingkungan hidup melalui proses edukasi, kerjasama dan pertukaran informasi. Hasil dari kegiatan ini akan berupa deklarasi yang akan dinamakan DEKLARASI BANDUNG dan menjadi masukan United Nations Conference on Sustainable Development ”Rio+20″, sebagai posisi Generasi muda dunia untuk RIO +20 Pembangunan Berkelanjutan.
Program TUNZA bertujuan untuk menyediakan informasi dan instrumen bagi generasi muda tentang bagaimana “treat mother earth with care” and how to act for a better world. TUNZA berasal dari bahasa Kiswahili yang berarti “treat with care or affection” (untuk lebih jelasnya dapat dilihat dihttp://unep.org/tunza dan )
Dalam Konferensi Pers ini, Menteri Negara lingkungan Hidup, Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS. menekankan “Generasi muda merupakan kunci bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia. Mereka akan menjadi pemimpin dunia yang akan memperjuangkan keberlanjutan bumi yang satu ini. Semua itu dimulai dari gaya hidup yang ramah lingkungan seperti menanam dan memelihara pohon, hemat listrik, bersepeda serta memilah sampah. Upaya kolektif tersebut dengan didukung tataran kebijakan yang pro lingkungan hidup akan menjadi implementasi konsepsi ekonomi hijau sebagai penopang utama pembangunan berkelanjutan”.
Konferensi ini akan dihadiri oleh 1500 orang yang berasal dari 180 negara. Ini menjadi salah satu strategi diplomasi lingkungan hidup khususnya dalam mempersiapkan generasi muda untuk memimpin dunia di bidang lingkungan hidup. Konferensi ini rencananya akan dihadiri figur publik internasional, yaitu Samuel Eto’o, Jackie Chan, Yan Athur Bertrand dan Maria Sharapova.
Dalam rangkaian Konferensi Tunza ini, Taman Hutan Raya Juanda di Babakan Siliwangi Bandung akan dicanangkan sebagai World City Forest yang diharapkan dapat menjadi monumen yang akan mengingatkan pentingnya keberlanjutan lingkungan hidup. Pencanangan ini diharapkan menjadi preseden yang akan ditindaklanjuti di setiap acara Tunza.
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup
Minggu, 18 September 2011
Bank Sampah Hasilkan 9 Juta Per Bulan
Kepala daerah diminta berperan aktif mensukseskan program Bank Sampah. Program tersebut adalah salah satu program pemerintah untuk mengurangi volume sampah yang kian meningkat tiap tahun. Pemerintah menargetkan penurunan volume sampah sebesar tujuh (7) persen tiap tahun.
“Hal tersebut adalah sangat penting. Mengingat target kebijakan nasional Kementerian Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah adalah mengurangi jumlah timbunan sampah dan mengolah sampah sebesar tujuh persen per tahun,” kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, saat membuka Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Bank Sampah di Hotel Plaza, Yogjakarta, kemarin (12/09).
Dilanjutkan Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) itu, Bank Sampah adalah salah satu strategi penerapan pemilahan dalam upaya pembatasan sampah yang merupakan bagian penting dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat dengan pola insentif. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah.
Melalui bank sampah, akhirnya ditemukan satu solusi inovatif untuk membiasakan masyarakat memilah sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat, terutama ibu rumah tangga dan anak-anak. Akhirnya masyarakat terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah yang pada gilirannya akan membatasi timbulan sampah. Dengan mengembangkan Bank Sampah menumbuhkan perekonomian kerakyatan.
Sebagai ilustrasi, perputaran nilai ekonomi terhadap peningkatan ekonomi kerakyatan khususnya bagi rumah tangga yang dihasilkan dari pengembangan “Dalam sebuah bank sampah perputaran nilai ekonomi berkisar sebesar 750 ribu sampai dengan 1 juta rupiah per bulan. Maka dalam 1 tahun dapat dihasilkan nilai sebesar 9 juta rupiah.”
Target Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sampai dengan tahun 2014 akan membantu daerah mengembangkan Bank sampah di 250 kota di Indonesia dengan jumlah bank sampah sebanyak 25 bank sampah setiap kotanya. “Dengan demikian maka akan diperoleh nilai Perputaran Nilai Ekonomi dari Bank Sampah sebesar 50,6 Milyar rupiah per tahun, penyerapan tenaga kerja kurang lebih sebanyak 50 ribu tenaga kerja, seorang ibu rumah tangga dapat mempunyai penghasilan tambahan sampai dengan 350 ribu rupiah per bulan. Petugas Bank Sampah dapat memperoleh penghasilan tambahan antara 100 ribu sampai dengan 400 ribu rupiah per bulan serta dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dalam Rakernis Bank Sampah ini, sejumlah kepala daerah tampak hadir serta melakukan MoU dengan KLH tentang Bank Sampah. Sebut saja diantaranya yakni Gubernur DIY Sultan Hamengkubowono X yang diwakili sekretaris daerah, Walikota Tangerang Wahidin Halim, Walikota Yogjakarta Haryadi Suyuti, Walikota Batam Ahmad Dahlan, Walikota Bandar Lampung Herman HN, Walikota Bogor Diani Budiarto, Walikota Palembang Eddy Santana Putra, dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
KLH menggandeng serta bekerjasama bersama mitra kerja KLH. Seperti dengan berkordinasi bersama dengan Kementerian BUMN serta perusahaan-perusahaan Negara dalam Program Kemitraan Bina Lingkungan. Seperti PT Perusahaan Gas Negara, PT Garuda Indonesia, dan PT Mittran Grup.
Asisten Deputi Pengelolaan Sampah R Sudirman mengatakan, "Rakernis Bank Sampah ini merupakan kali pertama dilaksanakan. Dalam Rakernis Bank Sampah ini, akan dibahas sejumlah persoalan. Seperti visi, misi, tujuan dan program kerja Bank Sampah serta Gerakan 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle) di Indonesia". Selain itu, juga akan dirumuskan standar minimal pelaksanaan Bank Sampah dan Gerakan 3R.
Dikatakan, "rakernis ini harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif untuk mengelola sampah sedekat mungkin dari sumbernya. Dengan mulai memilah sampah, membatasi timbunan sampah. Sehinga pengelolan sampah yang berwawasan lingkungan hidup menjadi budaya baru di Indonesia,” katanya.
Saat ini, sejumlah daerah sudah memiliki Bank Sampah. Seperti di Padang, di Pacitan, dan di Yogjakarta. “Dalam waktu tidak lama lagi sejumlah daerah akan menyusul memiliki Bank Sampah,”.
Sumber : Tim Staf Khusus Menteri KLH
Kamis, 25 Agustus 2011
Kebakaran Hutan dan Lahan 2011
Minggu, 07 Agustus 2011
Save earth by banning plastic
Minggu, 26 Juni 2011
Perempuan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Tahap akhir penghancuran sumberdaya air
Setelah proses penghancuran berlangsung, akhirnya Air bersih menjadi barang langka yang menguntungkan untuk diperjual belikan. Bagi masyarakat, tidak ada pilihan selain membeli air. Tapi apa daya, Air yang di produksi oleh pabrik pengolahan Air Minum tidak cukup bersih untuk diminum walau namanya adalah Perusahaan Air Minum (PAM). sebuah ruang lebar yang disisakan agar berjamurnya tambang Air bersih yang menjual Air minum dalam Kemasan.
Dan Akhirnya, Air di eksploitasi secara besar-besaran langsung pada sumbernya, sumber air bersih terakhir, mata air di pegunungan. Apa yang akan terjadi jika sumber Air bersih terakhir hancur? Di Klaten dan Sukabumi, jejak-jejak kehancuran sudah terlihat nyata, kekeringan. Dan mereka saling lempar tanggung jawab sembari terus menyedot sumber air yang tersisa.
Aqua Danone adalah Perusahaan yang terbanyak menghisap air dan memanipulasi kesadaran akan pentingnya pelestarian sumber mata air. Saat ini Aqua Danone memiliki 14 Pabrik dan memonopoli puluhan mata air. Dari tahun 2001 hingga 2008, Aqua Danone telah menyedot lebih dari 30 Milyar liter dan menguasai 80% penjualan AMDK. Tak pernah cukup puas, Aqua Danone terus berusaha memonopoli sumber mata air tersisa. Padarincang di Serang Banten, dan Gekbrong di Cianjur Jawa Barat adalah dua daerah yang akan menjadi korban ekspansi Danone berikutnya.
Ayo Selamatkan Mata Air, sumber air bersih terakhir. Tolak ekspansi Pabrik Danone di Padarincang. Hentikan penghisapan Air Tanah untuk Pabrik AMDK. Nasionalisasi Pengelolaan PDAM dan jadikan air layak minum.
Sumber : WALHI
Jumat, 03 Juni 2011
Dark Side of The 15 World Company
- Cevron