Rabu, 05 Oktober 2011

Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan IPB

Indonesia merupakan daerah yang rentan terdahap perubahan iklim dan juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi GRK. Demikian disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim yang diwakili oleh Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfir dalam sambutan Simosium Penelitian Perubahan Iklim pada tanggal 3 Oktober 2011 di IPB International Convention Center, Bogor. Disampaikan juga bahwa sudah banyak peneliti Indonesia baik dari kalangan pemerintah, akademisi maupun organisasi non-pemerintah melakukan kajian ilmiah terkait kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Namun demikian masih belum termanfaatkan secara optimal dan belum mengakomodasi dengan baik berbagai persoalan mendasar dan mendesak yang dibutuhkan untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim ini.

Simposium hasil kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Institut Pertanian Bogor ini dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N, M.Eng selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) - IPB dalam sambutannya disampaikan bahwa perumusan solusi pemasalahan perubahan iklim yang komplek dari hulu ke hilir, baik untuk kegiatan mitigai maupun adaptasi merupakan pekerjaan besar yang membutuhkan kerjasama multidisiplin antar peneliti serta harus melibatkan peran pemerintah dan para stakeholder.

Disamping dalam rangka mengkristalkan bentuk forum ilmiah yakni IPCC_indonesia, agenda Simposium ini juga mempresentasikan kegiatan riset dan kajian ilmiah serta beberapa seleksi hasil penelitian IPB terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim selama lima tahun terakhir.

Dalam Sesi I terkait dengan kegiatan riset dan kajian ilmiah disajikan beberapa paparan antara lain :
1. Kegiatan riset IPB untuk mendukung pembangunan sistem pertanian yang tahan terhadap pemanasan global dan perubahan iklim (Dr. Rini Hidayati);
2. Aspek sosial dan kelembagaan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mitigasi dan adaptasi di daerah (Dr. Lala Kolopaking);
3. Kajian ilmiah perubahan iklim dan hubungan dengan kejadian iklim ekstrim di Indonesia (Dr. Akhmad Faqih).

Sedangkan pada Sesi Penelitian terkait Adaptasi Perubahan iklim dipresentasikan : (1) Teknologi Pengelolaan Air Hujan di Perkebunan Kelapa Sawit sebagai upaya adaptasi perubahan iklim (Prof Dr. Handoko); (2) Pengelolaan Dampak perubahan iklim global terhadap perikanan (Dr. Sulistyono dkk); (3) Strategi Pengendalian hama dan penyakit tanaman akibat perubahan iklim (Dr. Suryo Wiyono) dan (4). Pengembangan sekolah lapang iklim dalam mendukung petani menghadapi masalah pemanasan global dan perubahan iklim (Prof. Rizaldi Boer).

Sesi terakhir disampaikan hasil pelitian terkait dengan Mitigasi Perubahan iklim yakni : (1) Dampak Ekonomi makro pelaksanaan kegiatan mitigasi perubahan iklim pada lahan gambut (Dr. Lukytawati Anggraeni); (2). Peran lautan Indonesia sebagai rosot GRK? (Dr. Aryo Damar); (3). Teknologi peningkatan produktivitas ternak ruminansia yang rendah emisi (Dr. Suryahadi, Dr. Idat G Permana); dan (4) Teknologi Pengelolaan Tata Air di Lahan Gambut untuk menekan emisi GRK (Prof. Dr. Budi Indra).

Diskusi ditutup dengan pemantapan model IPCC Indonesia yang terdiri dari (i) Komite Pengarah, (ii) Kelompok Kerja, dan (iii) Sekretariat. Kelompok Kerja tidak bersifat mutlak dan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan, dimana dalam Kelompok Kerja ini terdiri dari para pakar dan praktisi yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian, perhimpunan profesi, ikatan tenaga ahli, asosiasi pengusaha, asosiasi pemerintah daerah dan organisasi non-pemerintah. Luaran yang diharapkan dari Kelompok Kerja ini adalah (i) Laporan Sintesis (Synthesis Report), (ii) Laporan Khusus (Special Report) dan (iii) Laporan Teknis yang merupakan tambahan terhadap laporan sistesis atau khusus. Laporan Sintesis merupakan luaran kunci dari forum ini yang akan bermanfaat khususnya bagi pembuat kebijakan. Laporan Khusus berisikan hasil analisis dan kajian yang mendalam terhadap masalah tertentu terkait dengan inventarisasi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Agenda selanjutnya akan diadakan Simposium serupa bekerjasama dengan Universitas Mulawarman yang direncanakan pada tanggal 18 Oktober 2011 di Samarinda dan sebagai puncak acara rangkaian agenda di tahun 2011 ini, akan dilaksanakan agenda National Summit Meeting on Climate Change yang direncanakan di Bali pada tanggal 25 Oktober 2011. Diharapkan pada acara Summit Meeting ini dapat diperoleh kesepakatan penyusunan Workplan 2012 – 2015 sesuai dengan perkembangan isu strategis perubahan iklim.


Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup

0 comments:

Posting Komentar